stia aan yogyakarta

Ketua STIA “AAN” Hadiri Executive Forum Pendidikan di Surabaya

Surabaya – SEVIMA, perusahaan platform di bidang pendidikan, menyelenggarakan Executive Forum bertemakan “Continuity and Change: Strategi Sukses Memastikan Keberlanjutan & Pengembangan Kampus serta Yayasan Pendidikan” di Hotel Santika Gubung Surabaya, Kamis, 1 Agustus 2024. Acara ini dihadiri oleh ratusan pimpinan institusi perguruan tinggi dan yayasan di Indonesia. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) “AAN” Yayasan Notokusumo Yogyakarta, Happy Susanto, S.Sos., M.A., M.P.A. ikut hadir dalam acara ini.

Executive Forum ini diselenggarakan berangkat dari “kegelisahan” yang dialami banyak perguruan tinggi di tanah air. Ada kampus yang kekurangan pendaftar mahasiswa baru (PMB), masalah keuangan, sampai dengan kesulitan untuk menghadirkan pendidikan bermutu. Materi-materi menarik yang dibahas di antaranya Best Practice Meningkatkan Reputasi & Penerimaan Mahasiswa, Best Practice Berinovasi & Raih Pendapatan di luar Uang Kuliah, dan Best Practice Kerjasama Industri, Adaptasi Digital, AI, dan Gen-Z. Beberapa pembicara yang merupakan pimpinan perguruan tinggi memaparkan praktik baik (best practices) terkait tata kelola dan inovasi pendidikan tinggi.

Dalam sambutannya, Sugianto Halim, M.M.T., Chief Executive Officer sekaligus Pendiri SEVIMA, menyampaikan bahwa tantangan perguruan tinggi saat ini sangat kompleks, baik dari sisi hulu maupun hilirnya, Output dan outcome pendidikan tinggi harus bisa sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Menurutnya, SEVIMA yang sudah berdiri dan berkiprah di dunia pendidikan lebih dari 20 tahun, bertekad ikut membantu kampus-kampus untuk menyiapkan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi yang berkualitas.

Sesi pertama mengangkat pembahasan tentang Mengenal Lansekap & Tantangan Pendidikan Tinggi & Yayasan di Era Digital dan Internasionalisasi. Dr. Ir. M. Budi Djatmiko, M.Si., M.E.I., Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI), menyampaikan tentang pentingnya digitalisasi pendidikan. Menurutnya, dalam beberapa tahun ke depan, banyak terjadi perubahan, di antaranya akan ada 75-375 juta tenaga kerja global beralih profesi dan 1,8 juta pekerjaan digantikan Artificial Intelligence (AI). Teknologi akan menghadirkan berbagai profesi yang sekarang belum ada. Oleh karena itu, Indonesia perlu mempersiapkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi digital. Dia pun mengingatkan adanya transformasi pembelajaran. Pertama, sumber pembelajaran bisa dari mana saja. Kini, pembelajar bisa lebih fleksibel dalam mengakses berbagai sumber pengetahuan yang ditemui melalui sarana digital. Kedua, pengajar bisa dari mana saja. Siswa bisa belajar dari guru, pakar, praktisi, bahkan AI. Ketiga, belajar akan menjadi jauh lebih individual dan personal. Siswa memasuki situasi belajar dengan latar belakang pengetahuan, pengalaman, minat, dan motivasi yang berbeda. Pembelajaran akan dipersonalisasi di mana siswa memiliki lebih banyak peluang untuk mempelajari apa yang diminati. Keempat, jaringan ruang kelas yang baru. Ruang kelas dapat terjadi di masyarakat. Pembalajaran akan memasuki masyarakat dengan minat yang sama. Artinya, siswa dapat belajar dengan mereka yang memiliki kesamaan minat, motivasi, dan kepentingan bersama. Kelima, belajar akan terjadi di mana-mana. Ruang kelas klasik sudah tidak favorit. Belajar bisa dilakukan di mana saja, yang penting happy.

Sesi kedua membahas tentang Best Practices Menjaga Kepercayaan Masyarakat dan Meningkatkan Penerimaan Mahasiswa Baru dengan menghadirkan tiga narasumber. Prof. Achmad Jazidie, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya; Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Dikti Kementerian Pendidikan (2012-14) sharing tentang best practices Universitas NU Surabaya menjadi perguruan tinggi tercepat memperoleh akreditasi unggul (10 tahun sejak pendirian) dan terus dipercaya masyarakat, berbasis pada inovasi, kolaborasi, dan digitalisasi. Prof. Sri Gunani Partiwi,  Direktur SDM & Organisasi ITS; Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dikti Kementerian Pendidikan (2020-23) sharing tentang best practices ITS Surabaya yang terus mengembangkan SDM & Organisasi, sehingga menjadi PTN yang terus dipercaya masyarakat tidak hanya Jawa Timur tapi juga Indonesia bahkan global, dan meraih berbagai penghargaan internasional termasuk dari UNESCO. Prof. Suprapto, Guru Besar ITS & Pakar HAKI; Kepala LLDIKTI Wilayah VII Provinsi Jawa Timur (2014-22). sharing best practices bagaimana riset, publikasi, dan penciptaan Hak atas Kekayaan Intelektual dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan kepercayaan masyarakat pada kampus swasta serta bisa menjadi salah satu sumber pendapatan.

Sesi ketiga membahas tentang Best Practice Menciptakan Inovasi dan Sumber Pendapatan Baru untuk Keberlanjutan Kampus & Yayasan Pendidikan dengan menghadirkan tiga narasumber. Dr. dr. Sukadiono, Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya sharing best practices UM Surabaya dapat terus menghadirkan beasiswa dan menjadi kampus sejuta inovasi, sponsor Persebaya, serta terus melakukan pengembangan bisnis dan pendidikan. Endang Kusmana,S.E, M.M. AK,.CA, Direktur Politeknik Ketapan 2018-2022, sharing tentang tantangan digitalisasi di kampus dan perlunya inovasi digital pendidikan di daerah 3T. Wikan Sakarinto, PhD., Dirjen Vokasi Kementerian Pendidikan 2020-2022 membahas best practices Akademi Inovasi Indonesia dalam menghadirkan pendidikan gratis, berkualitas, dan langsung membekali mahasiswa dengan pengalaman langsung di dunia industri. Yang menarik, Akademi Inovasi Indonesia yang baru didirikannya dua tahun itu bisa menggratiskan biaya kuliah, bahkan para mahasiswa bisa menghasilkan pendapatan yang lumayan hasil dari teaching factory dan pembelajaran berbasis proyek.

Di sesi terakhir, Bambang Pramujati, Ph.D., Rektor Institut Teknologi Surabaya (ITS) membahas best practices ITS untuk berkolaborasi dengan dunia usaha dan industri serta melakukan banyak sekali inovasi mutakhir. Prof. Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan 2014-2019, yang dijadwalkan mengisi acara tapi batal karena mendadak ada kegiatan di Jakarta. Melalui penyelanggaraan forum ini diharapkan para pimpinan perguruan tinggi mendapat inspirasi untuk mengembangkan pendidikan yang inovatif dan adaptif terhadap perubahan di era digital saat ini (HS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.