Bakti Sosial Dalam Rangka Dies Natalis ke 33

Bakti Sosial STIA-AAN Yogyakarta

Membangun empathy, tidak hanya berteori

   

 Jalanan yang terjal dengan iringan debu yang terus saling berkejaran, tanah perbukitan dan penuh dengan babatuan. Bentangan sawah yang mulai gersang karena musim kemarau mulai menghampiri kampung ini. Sebuah dusun terpencil di ujung provinsi Yogyakarta, berbatasan dengan Kabupaten Klaten. Dusun Ngelo yang begitu polos, segala sumber daya alam begitu melimpah mulai dari batu Kapur, jagung,padi dan kacang kedelai yang belum bisa diolah, semuanya hanya dijual mentah. Kondisi penduduk yang begitu memprihatinkan, mendiami rumah-rumah Joglo yang berdindingkan papan. Anak-anak usia sekolah yang relatif sedikit karena sebagian lagi tak mampu menanggung biaya  serta pemuda yang sangat sedikit karena harus merantau ke luar kota untuk mencari penghasilan yang katanya lebih menjanjikan dari pada di dusun Ngelo ini.            Hal itulah yang mendorong BEM STIA-AAN Yogyakarta untuk mengadakan Bakti Sosial di kampung ini. Dengan mengusung tema “Berempati Tiada Henti ” kami mencoba untuk lebih dekat dengan masyarakat, ikut merasakan apa yang selama ini mereka rasakan menghadapi segala persoalan negeri ini,  dengan sekuat tenaga dan fikiran ikut membantu sebagian kebutuhan dan persoalan yang menjadi hambatan di dusun Ngelo, kecamatan Semin, Gunungkidul ini.            “ Acara ini merupakan wahana belajar mahasiswa untuk ilmu yang secara prkatis lebih sulit dari pada teori, karena mahasiswa dihadapkan langsung dengan masyarakat dengan aneka ragam sifat, kebudayaan dan latar belakang pendidikan. Inilah sebenarnya yang nantinya pasti akan dihadapi oleh semua mahasiswa, yakni terjun ke tengah-tengah masyarakat dengan membawa ilmunya yang didapat selama di bangku kuliah “ ungkap Fauzi, ketua acara Bakti Sosial yang berlangsung selama 3 hari ini.            Perasaan bangga tatkala melihat antusias warga masyarakat dusun Ngelo dalam menyambut kedatangan kami pada Jum’at (22/6) serta mengikuti kegiatan yang kami laksanakan,  dengan antusias yang begitu tinggi mereka berbondong-bondong mengikuti acara jalan sehat, guyub warga, bazar pakaian, pembagian sembako, nonton film bertemakan pendidikan sampai dengan nonton bareng piala Eropa.            “ Kami merasa sangat berterima kasih atas terpilihnya dusun kami sebagai tempat tujuan Baksos teman-teman mahasiswa STIA-AAN Yogyakarta, semoga dengan adanya kegiatan bakti sosial ini kami bisa banyak belajar dari teman-teman mahasiswa dan juga kegiatan ini dapat berlanjut nantinya sebagai ajang perluasan pengetahuan dan tali silaturahmi antara mahasiswa dengan masyarakat, karena sebenarnya kedatangan mahasiswa ke segala penjuru negeri  ini sangat diharapkan oleh masyarakat manapun, dengan harapan dapat memberikan manfaat dalam pembangunan desa untuk kedepanya “  sambut Wiyanto, kepala dukuh dusun Ngelo, Gunung Kidul. Menjaga kualitas generasi            Ada satu hal lagi yang sangat menarik dari kegiatan baksos tahun ini, yakni kami mencoba untuk melihat lebih dekat potensi anak-anak yang ada di dusun ini, meski dengan segala keterbatasan ekonomi mereka sangat antusias untuk menuntut ilmu, terbukti dari hadirnya semua anak-anak sesusia sekolah dalam serangkaian acara yang sengaja kami suguhkan untuk mereka, yakni cerdas cermat, game pembangun karakter, pendidikan kilat serta peluncuran perpustakaan mini di dusun ini. Sikap individualistis sama sekali tak tampak dalam jiwa mereka seperti yang terlihat dalam diri anak-anak yang tinggal di kota. Potensi anak-anak yang begitu bagus ini sayangnya belum tersentuh oleh tangan pemerintah dengan minimnya fasilitas pendidikan yang ada di dusun ini.            Partisipasi masyarakat yang begitu tinggi inilah yang  membuat kami merasa sangat bangga dan dapat mensukseskan acara ini, karena jika kita melihat isu yang beredar saat ini yakni masyarakat kian tertutup dengan kedatangan mahasiswa karena berbagai macam anggapan seperti anarkis, hanya mampu berteori dan cenderung indivualistis.             Ada banyak pelajaran yang saya dapat dari kegiatan ini, ternyata terjun ke tengah-tengah masyarakat itu bukan suatu hal yang mudah, butuh proses yang panjang sampai nanti akhirnya benar-benar bisa menyatu dengan mereka untuk bisa membangun desa “ ungkap Arwan, peserta baksos di akhir acara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.